Thursday, January 13, 2005

CITRA DIRI POSITIF (Bagian I)

by : Ari Suryanto, Inspired by : Ir. Muhammad Yusuf, MM.

Citra Diri Positif Terpancar Oleh 3 JANGAN :
1. Jangan Mengeluh
2. Jangan Mencari-Cari Alasan
3. Jangan Hitung-Hitungan

I. Jangan Mengeluh


Jika mengeluh dapat menambah tinggi badan Anda, maka mengeluhlah !, jika mengeluh dapat menjatuhkan emas dari langit ke tempat tidur Anda, maka mengeluhlah !, Jika mengeluh dapat menyelesaikan masalah Anda, maka mengeluhlah!

Mengeluh bukan hanya akan mengurangi daya juang dan semangat Anda, namun menghilangkan kewibawaan Anda. Keluhan juga bisa menjadi penyakit menular yang akan menjalari orang – orang di sekitar Anda. Mengapa harus mengeluh manakala Anda mampu tersenyum dan melakukan yang terbaik yang Anda bisa.

Apa yang Anda bayangkan apabila seorang teman Anda datang dengan mimik muka dingin, cemberut, dan hanya desahan keluhan saja yang ditampakkannya. Apakah Citra Diri yang positif akan terpancar dari dirinya ? bayangkan jika Anda yang melakukan hal seperti itu.
Salah satu rahasia dalam menghindari keluhan adalah : Cepatlah Pulih!

Pernahkah Anda melihat sebuah pohon kelapa yang bergoyang diterpa badai ? pohon yang lebih luwes dan mengikuti arah angin akan selamat. Dan ia akan kembali plih seperti sedia kala, dengan kemiringan yang nyaris tidak berbeda. Seperti pohon, Anda pun bisa mengikuti arah badai kehidupan yang menerpa, lalu pulih kembali ditopamg oleh akar-akar Anda yang dalam dan kuat. Jika Anda cepat pulih, maka Anda tidak akan jatuh, karena dilukai, dikecewakan, kehilangan teman, membuat kesalahan, kegagalan, frustasi dan masih banyak lagi.

Membuat keputusan dalam hidup bukan berarti akan terhindar dari kepedihan, kekecewaan dan kesakitan. Namun yang membedakan antara orang yang memiliki Citra Diri Positif adalah sejauh mana ia dapat mampu segera pulih dan bangkit kembali dari kegagalan.


Suatu ketika Joko merasa sangat terganggu konsentrasi belajarnya akibat baru saja dimaki-maki dan ditolak pinangannya oleh seorang gadis. Siang malam ia mengeluh dan tidak mampu membaca kalimat-kalimat di buku pelajaran yang ia buka. Namun kemudian ia tersadar, bahwa semua itu hanyalah kumpulan persepsi yang ia bentuk sendiri.

Kemudian ia berpikir, untuk apa ia harus mengeluhkan orang yang sama sekali tidak mengeluhkan dirinya ? Untuk apa ia harus memperhatikan orang yang sama sekali tidak memperhatikan dirinya ? saat ini ia barangkali sedang asyik belajar untuk ujian tanpa sedikitpun memikirkan dirinya, lalu kenapa ia harus bersusah payah memikirkan orang itu ?
Kehidupan ini dibangun oleh bagaimana Anda berpersepsi terhadapnya. Jika Anda mampu berjalan dengan mantap, bergairah, dan memandang orang lain dengan ramah, mengapa harus berjalan dengan loyo, merasa ingin dikasihani, dan ketus terhadap orang lain. Sekali lagi, kehidupan ini dibangun oleh bagaimana Anda berpersepsi terhadapnya.
Rumus pertama : Jangan Mengeluh!

II. Jangan Mencari-Cari Alasan

Alasan selalu diperlukan untuk membuat suatu keputusan dalam hidup, bukan sebagai pembenaran akan kesalahan yang telah kita lakukan.

Suatu ketika seorang dosen mengadakan ujian lisan, semua mahasiswa menjawab dengan tangkas, kecuali Didi yang belum siap karena belum belajar cukup. Ia beralasan bahwa aktivitasnya di Klub Arung Jeram memakan banyak waktu dan tenaga karena persiapan pertandingan satu minggu lagi, sehingga ia memohon untuk diberikan kesempatan lagi. Namun sang Dosen menolak.

Sang Dosen mengatakan bahwa setiap orang punya urusannya masing-masing, kita tidak pernah bisa menilai apakah hanya diri kita yang paling banyak mendapat kesulitan, paling sibuk, dan lain sebagainya, akan tetapi sikap bijak yang sesungguhnya adalah kita harus siap untuk menerima segala konsekuensi atas keputusan yang telah kita buat. Apapun alasannya, faktanya adalah bahwa Didi tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sang Dosen.
Bila Anda datang terlambat, apapun alasan Anda, wah...kena macet, wah...mobilnya mogok, wah ...nunggu jam 3 in 1 lewat, dan alasan lainnya, faktanya : Tetap saja Anda terlambat.

Seseorang yang memiliki Citra Diri Positif akan mengakui kesalahan yang ia lakukan. Dan ia menyadari dan sadar untuk menerima konsekuensi atas segala pilihan-pilihan yang ia buat. Jika seseorang berangkat kuliah pukul 07.00 sedangkan waktu kuliah 08.00, dan ia tidak mempertimbangkan akan kemacetan dan faktor penghambat lainnya, maka jika ia terlambat, ia harus menerima konsekuensi keterlambatannya atas pilihan yang dibuat untuk berangkat pukul 07.00. Dan akan menjadi tidak adil apabila ia memohon perlakuan istimewa atas keterlambatannya. Ia menyadari bahwa pilihannya mengandung resiko, akibatnya ia akan mengambil keputusan lebih hati-hati pada kali berikutnya.

Orang yang memiliki Citra Diri Positif akan menyadari kesalahannya, dan tidak pernah menjadikan berbagai alasan sebagai pembenaran atas kesalahan yang telah dibuatnya, namun ia segera tercerahkan kembali dan bertekad untuk mengubur kesalahannya dan mengambil pilihan-pilihan yang lebih baik.

Seperti halnya bermain catur, sekali Anda memutuskan melangkah, maka tak mungkin Anda menarik kembali anak catur Anda, manakala ternyata lawan Anda memiliki peluang untuk menghabisinya, kecuali jika Anda bermain sebagai “Anak Bawang”. Yang bisa Anda lakukan adalah bermain dengan lebih baik dan mengambil keputusan dengan lebih baik pada kali berikutnya.

III. Jangan Hitung-Hitungan

Seorang yang memiliki Citra Diri Positif senantiasa melakukan hal-hal terbaik yang ia bisa, dan tidak pernah mengharapkan imbalan secara langsung terhadap apa yang dikerjakannya. Ia percaya, bahwa dengan melakukan yang terbaik, maka secara sunnatullah kebaikan akan datang kepadanya, dari manapun datangnya.
Salah satu rahasia besar yang dipahami oleh orang-orang besar adalah bahwa “Semakin Banyak Anda Memberi, Maka Sebenarnya Anda Menerima Lebih Banyak Lagi”. Jika Anda memberikan hal yang baik, maka hal yang lebih baik akan mengalir kepada Anda.

Barangkali ada orang yang berpikir “Tidak mungkin!, Aku memberikan uang sepuluh ribu rupiah kepada seorang pengemis, dan aku belum mendapatkannya kembali!” Yang perlu dipahami adalah, kalau kita memberi dan berbagi, kita tidak selalu mendapatkan balasan yang sama (pada saat yang sama), akan tetapi dalam jangka panjang, kebaikan-kebaikan tersebut akan membentuk mental Anda, dan Anda akan menjadi magnit bagi pemikiran dan perbuatan positif.

Anda tentunya tidak mengasihi orang tua karena Anda ingin Uang Bulanan Anda dinaikkan, atau menghormati dosen Anda agar nilai Anda dinaikkan. Nilai ketulusan dari sikap tidak hitung-hitungan akan memancar dari diri Anda, orang lain akan bereaksi menyesuaikan diri dengan hawa yang Anda pancarkan, sehingga hanya kebaikanlah yang akan menghampiri Anda, dari manapun asalnya, bahkan dari tempat-tempat yang tidak Anda sangka-sangka, Anda akan menerima lebih banyak! Percayalah!

Orang yang tidak akan pernah sukses adalah : Orang yang tidak pernah mengerjakan apa yang diperintahkan dan orang yang mengerjakan tidak lebih dari yang diperintahkan