Friday, March 02, 2007

Berbuat baik juga perlu ilmu (2)


Kadangkala kita seringkali berbuat baik, namun tidak pernah memikirkan efektivitas perbuatan baik tersebut. Memang perbuatan baik tetaplah baik selama niatnya baik, namun alangkah lebih baiknya jika perbuatan itu tepat sasaran dan tepat manfaat. Mari kita ikuti kejadian nyata ini :

Saat jakarta dilanda banjir Pebruari lalu, seorang rekan bercerita :

Di komplek rumah saya terendam air hingga sepinggang. Sebagian masyarakat mengungsi di mesjid dekat jalan yang memang lebih tinggi dari komplek kami, dan sebagian lagi masih tinggal di rumahnya, terutama masyarakat yang memiliki rumah tingkat.

Kemudian datanglah berbagai bantuan terutama dari partai-partai yang mengharapkan simpati masyarakat. Mereka kebanyakan datang dengan mobil dan berhenti di mesjid, kemudian membagi-bagikan makanan dan pakaian layak pakai. Namun anehnya, masyarakat tidak terlalu antusias. Memang sebagian masyarakat mengambilnya, terutama kordinator masak di mesjid tempat pengungsian Namun itu pun mereka milih-milih. Bahkan jika itu nasi bungkus, mereka bertanya dulu apa lauknya dan melihat seperti apa nasi dan kemasannya dan lain-lainnya.

Selidik punya selidik ternyata mereka sebenarnya tidak berkekurangan. Karena faktanya yang banjir hanya rumah mereka, namun pendapatan mereka tidak ikut banjir. Bahkan ada yang nyeletuk "Lebih baik diberikan pada yang lebih membutuhkan mas!".

Kemudian ujug-ujug masyarakat berkumpul di sudut jalan membawa ember dan jerigen masing-masing meninggalkan si partai pembawa makanan yang ternyata bukan pembawa berkah.

Tak lama berselang datang suatu partai lain...Ternyata mereka tidak membawa makanan. Yang mereka bawa adalah "truk tangki" berisi air bersih. Tidak perlu tunggu lama, masyarakat pun antri mengambil air bersih tersebut. Dikarenakan air pam dan listrik mati, ternyata air bersih menjadi idola dibandingkan sumbangan makanan di komplek kami.


1 Comments:

At 4/13/07, 9:39 AM, Blogger Zen Sudarno said...

Saya sangat setuju, sebelum memberi bantuan lihat dulu prioritas kebutuhan yang benar-benar dibutuhkan. Tapi juga jangan pernah patah semangat, jika ternyata yang bisa kita berikan hanya sekedar apa yang kita mampu (sekalipun kurang tepat sasaran, hanya untuk pengalaman pertama) dan kita mendapat penolakan misalnya. Ingat, manakala kita menolong/ memberi sesuatu namun kemudian dibalik itu ada keinginan ingin mendapatkan simpati atau bahkan sekedar menginginkan ucapan terima kasih dari si penerima pertolongan maka sesungguhnya pertolongan/pemberian kita tersebut termasuk tidak ikhlas atau setidaknya kurang sempurna .

 

Post a Comment

<< Home