Saturday, July 09, 2005

Kita Tidak Mengerti...Kecuali Diri Sendiri

Ini kisah menarik yang penuh pelajaran bagi saya :

Suatu ketika saya menaiki kereta KRL jurusan Jakarta-bogor,
saat itu kereta sangat penuh dan sesak, dan saya pyn berdiri. Beberapa laki-laki tampak duduk di depan saya, sementara di sekeliling saya banyak perempuan dan ibu-ibu.

Para ibu-ibu yang berdiri kecapean tentu saja terlihat agak sinis melihat para bapak-bapak dan laki-laki yang duduk dengan asyiknya didepan mereka. Namun kemudian beberapa laki-laki dan bapak2 berdiri mempersilahkan tempat duduknya kepada beberapa ibu2. Hingga akhirnya tersisa satu orang bapak yang segar-bugar tanpa memperdulikan sekelilingnya tetap duduk dengan tenangnya.

Para ibu-ibu dan perempuan pun tambah sinis, sampai akhirnya muncul suara-suara sumbang dari mereka, "ih ada yang gak tau malu" "aduh, capek banget, ga sensitif amat sih tu orang" sampai ada yang menghardik "mas! tau diri donk.." namun bapak itu tetap tenang-tenang saja.

Hingga akhirnya kereta mencapai bogor, penumpang pun berebutan turun.
saat hendak turun dari pintu, saya sempatkan menengok ke belakang ke bapak tadi...
Astagfirullah!, saya terkaget bukan kepalang...ternyata, bapak itu mengambil sesuatu dari bawah tempat duduk, dan yang diambil adalah sepasang tongkat lengan.

Ternyata bapak itu mempunyai kelainan di kakinya yang membuatnya kesulitan berjalan, bahkan kesulitan berdiri!!!

Saya teringat kembali kejadian manakala beliau dimaki-maki secara tidak langsung oleh para penumpang kereta,...saya kasihan...bukan hanya pada bapak itu...tapipada kita semua....

Mengapa kita harus berburuk sangka???? dan terbiasa dengannya???
Padahal kita tidak mengerti......yang sebenarnya terjadi....

Juli 2005

2 Comments:

At 4/12/07, 9:16 PM, Blogger Zen Sudarno said...

This comment has been removed by the author.

 
At 4/12/07, 9:18 PM, Blogger Zen Sudarno said...

Sahabat Umar ra. pernah berkata bahwa berbicara masalah buruk sangka maka jangan salahkan kami untuk kemudian berburuk sangka kepada seseorang yang alim bahkan mengatakan dia fasik (saat itu) jika kami melihat dia berada di tempat maksiat. Sementara para hukama menyebutkan; tidak ada hak bagi kita sedikit pun untuk berburuk sangka (su’udzon) terhadap saudara kita kecuali kemudian kita wajib terus menyelidikinya hingga perkara tersebut benar-benar jelas. **Seperti polisi, pengacara atau hakim di pengadilan.

 

Post a Comment

<< Home